Sabtu, 15 November 2014

PEMBUATAN KOMPOS

[Enter Post Title Here] PEMBUATAN KOMPOS SUPER A. Fungsi dan peranan kompos dalam kesuburan tanah : 1. Kompos memiliki komposisi unsur yang kompleks dan sangat dibutuhkan tanaman. 2. Kompos memiliki banyak pengurai yang masih hidup terutama kompos yang tidak melalui proses granulator. Proses granulator dengan suhu yang tinggi akan membunuh banyak mirobia pengurai yang sangat dibutuhkan tanah dan tanaman untuk meningkatkan KTK tanah. 3. Kompos akan membuat struktur tanah baik kimia tanah, sifat fisik tanah dan sifat biologi tanah. 4. Perbaikan sifat-sifat tanah akan memberikan kemudahan bagi tanaman dalam berkembang menghasilkan produk lebih banyak dan berkualitas. B. Bagaimana alur logika hubungan tanah mikrobia dan kompos. Kompos dengan kandungan yang kompleks akan memberikan ketersediaan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman baik makro dan mikro. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana latar belakang tanah yang baik itu berasal. Trainer menjelaskan bahwa tanah berasal dari 2 unsur penting dalam kehidupan. Pelapukan batuan dan pelapukan organisme hidup. Pelapukan batuan akan memberikan gambaran bagaimana ketersediaan mineral tanah yang sangat dibutuhkan oleh tanaman sebagai tempat hidup yang potensial. Pelapukan organisme hidup akan memberikan ketersediaan unsur-unsur yang diperlukan tanaman sebagai “makanan” penopang hidup bagi tanaman. Kedua pelapukan ini akan membutuhkan mikroorganisme pengurai untuk merumbah kompleksitas unsur-unsur hara menjadi makanan yang tersaji bagi tanaman. Intuk itulah diperlukan mikrobia pengurai untuk memproses unsur-unsur yang terikat dalam senyawa kompleks menjadi unsur-unsur yang siap konsumsi oleh tanaman. Keistimewaan kompos dibandingkan dengan pupuk-pupuk yang lain. trainer menambahkan bahwa pupuk kimia atau selain kompos yang belum tergranulator hanya menyediakan unsur kebutuhan hidup tanaman tetapi tidak melakukan proses penguraian dan penyediaan makanan secara instan kepada tanah atau tanaman. Pupuk-pupuk semacam mengandalkan mikrobia yang ada ditanah untuk bekerja dan mengurai menjadi bahan yang tersaji untuk dikonsumsi tanaman. Lama kelamaan mikrobia tanah akan berkurang dari keberadaan residu dari bahan-bahan tersebut yang akhirnya bersifat racun apabila tidak lekas terurai. Penggunaan ZA yang berlebihan pospat yang berlebihan akan menghambat terserapnya unsur lain yang diperlukan tanaman. Karena ikatan tanah terhadap unsur-unsur tersebut akan lebih kuat dibanding serapan KTK tanaman. Memberikan bahan organik sebagai tempat habitat yang baik bagi mikrobia, menyediakan unsur yang bagus untuk tanaman dan menyehatkan tanah. C. Proses pembuatan biodekomposer dengan menggunakan rumen. Rumen diambil dari limbah pemotongan ternak (isi lambung kedua sapi). Sumber bakteri ini harus diisolasi atau dihidupkan dalam media : bekatul, gula, air kelapa, dan terasi. Komposisi : 1. Bekatul 2. Gula 3. Terasi 4. Air kelapa D. Pembuatan kompos komplek Trainer melakukan identifikasi bahan kompos yang tersedia : 1. Kotoran kambing 2. Kotoran sapi 3. Kotoran ayam 4. Sekam 5. Hijauan 6. Batang pisang 7. Jerami 8. Kapur zeolit 9. Kapur dolomit Pengurai : 1. Mikrobia Rumen 2. Bekatul 3. Gula 4. Terasi 5. Air kelapa Cara pembuatan 1. Penyiapan lokasi : a. Lokasi yang dipilih adalah yang tidak memungkinkan terkena sinar matahari terik secara langsung b. Lokasi terhindar dari siraman air hujan c. Lokasi cukup lapang dan bersih dan memudahkan bagi kerja. 2. Pencampuran inoculan bahan pengurai a. Air 100 liter b. Rumen 3 liter c. Bekatul 3 – 5 kg d. Gula 1,5 kg e. Air kelapa 10 liter f. Terasi 1 kg 3. Kesemua bahan pelarut inoculan dicampur dalam drum dan ditambahkan air 100 lt 4. Bahan organanik disusun bersap (berlapis) dengan ketebalan 10 – 15 cm a. Lapisan pertama jerami b. Lapisan kedua kotoran sapi c. Lapisan ketiga hijauan d. Lapisan keempat kotoran domba e. Lapisan kelima batang pisang f. Lapisan keenam kotoran ayam g. Lapisan ketuju jerami 5. Pada setiap lapisan ; a. Dilakukan penyiraman dengan menggunakan larutan inoculan b. Dlakukan penaburan secara tipis kapur dolomit c. Dilakukan penaburan sekam secara tipis merata. 6. Pelapisan dilakukan terus menerus hingga semua bahan tersusun secara rapi dan rata. 7. Setelah semua bahan tersusun rapi dan rata dilakukan penutupan a. Penutupan dengan kotoran sapi secara rata dengan ketebalan 10 – 15 cm b. Penutupan dengan terpal secara rapi dan rapat sedikit mungkin hindari rongga yang ada dalam kompos hal ini akan membantu proses pengomposan secara an aerop. 8. Dilakukan pengadukan pada : a. Minggu I pengadukan dilakukan secara rata dan dilakukan penyiraman bakteri inoculan apabila didapat bahan organik mengalami kekeringan b. Minggu II dengan tidak dilakukan penyiraman c. Minggu III dengan tidak dilakukan penyiraman d. Setiap melakukan pengadukan usahakan dilakukan penutupan terpal secara rapi dan hindarkan sedikit mungkin adanya rongga dalam susunan bahan organik. 9. Tanda jadi : a. Kompos akan berwarna seragam hitam kecoklatan b. Kadar air sekitar 40 – 60 % (tidak menggumpal saat di kepal) c. Tidak ada aroma kotoran ternak 10. Bagi kompos yang sudah jadi tidak perlu dilakukan penutupan yang kecuali akan tidak segera digunakan 11. Bahan kompos yang sudah jadi sudah siap untuk dilakukan penggilingan (penghalusan dan pengemasan) E. Kompos yang baik dihasilkan dari kompleksitas bahan baku sebagai bahan pembuatanya, dilihat dari kompleksitas bahan baku yang ada dalam kompos ini maka bisa diyakinai bahwa kompos yang dibuat pada siang hari ini merupakan kompos dengan komposisi cukup ideal dan baik. Untuk itu kalau kompos ini sudah jadi maka bisa dilakukan pengujian kompos dengan menggunakan beberapa jenis tanaman atau dengan uji laboratorium. tukir

Selasa, 28 Oktober 2014

 penggunaan pestisida alami dan bercocok tanam secara ramah lingkungan akan memberikan banyak ruang menuju ke arah kemandirian dan peningkatan kesejahteraan petani.

Jumat, 05 September 2014

Persemaian Tanaman Padi

s e b a r


Sebar dalam kata jawa dikatakan menabur, dalam pertanian disebut menabur benih. Menabur benih adalah sebuah kunci sukses menuju tahap penanaman berikutnya. Khususnya padi yang harus melalui beberapa fase seperti tancep, nglilir, manak, mutu, ngapit, meteng, dan seterusnya. Pada satu fase akan menentukan fase berikutnya begitu terus-menerus. 

Sebar dalam bahasa jawa bisa diartikan sebagai "sentong barang aji kebak ing rubeda" sentong merupakan tempat penyimpanan makanan, biasanya ditaruh dibelakang guna menyimpan gabah. Dalam sudut pandang benih, ujud dari benih adalah gabah yang ditaruh di salah satu sudut petak sawah yang disebut "pinihan"(lokasi menabur benih). Artinya lokasi pembenihan dapat disebut "sentong". "Barang kang aji" itu adalah pusaka atau alat yang sangat membantu atau bahkan bisa dibilang menentukan. Benih dalam hal ini adalah pusaka karena memang sangat menentukan sehingga harus mendapat perlakuan khusus. Untuk itulah, benih dikatakan sebagai barang aji. Sehingga makna dari "sentong barang aji" dalam dunia penanaman padi adalah tempat meletakkan benih atau secuil tempat untuk meletakkan benih. 

Makna "kebak ing rubedha" dikatakan sebagai penuh dengan marabahaya. Kalau dilakukan pengamatan pada benih, maka hal yang didapat adalah benih sangat rawan terhadap perkembangan OPT padi. Rata-rata hama padi berkembangbiak dalam persemaian, seperti wereng, sundep, gulma dan lain-lain. Semua berkamuflase dalam persemaian yang padat dan tebal "ketel". 

Sebutan jawa "sebar" ini mengingatkan para petani bahwa di dalam "pinihan" harus dilakukan upaya ekstra demi menjaga pertumbuhan padi kedepan. Upaya ini dilakukan agar pertumbuhan padi pada fase yang akan datang akan lebih baik, terbebas dari OPT pengganggu dan dapat memudahkan dan menjadi pijakan awal untuk tercipta produktifitas pertanian yang kuat. 

Lalu bagaimana dapat membuat sebuah persemaian yang baik? 1) Pembuatan media yang bagus (pengolahan lahan semai). Pengolahan lahan semai ini harus dilakukan dengan baik dan disarankan dengan pemakaian pupuk organik, 2) Penyemprotan lahan semai dengan menggunakan air kelapa dan mol 3 hari sebelum sebar. Air kelapa mengandung gribelin yang cukup banyak sehingga akan membantu perakaran padi yang baru saja menyentuh tanah. 3) Pembuatan media tanam yang lebar, diusahakan media "sebar" cukup lebar sehingga terhindar dari gerumbul benih dengan populasi yang sangat padat. Hal ini akan menjadikan benih kuat dan kaku. 4) Penyebaran yang merata, hal ini dapat dilakukan ketika penggunaan teknik sebar dilakukan dengan baik. Teknik sebar yang baik dilakukan ketika lahan dalam kondisi macak-macak sehingga padi akan tertanam di dalam "leleran" 5) Orang-orang jawa sering membawa daun munggur, atau lamtoro, atau kleresede sebagai penutup persemaian. Hal ini dilakukan untuk menghindari ganngguan burung dan OPT lain. Daun munggur, lamtoro, akan menutupi gabah yang ada di lahan. Lambat-laun seiring dengan waktu tumbuh tanaman daun-daun tersebut sudah membusuk dan menjadi kompos yang diperlukan tanaman. Proses penguraian diyakini oleh masyarakat jawa, bahwa daun-daun tersebut akan menguatkan antibodi dalam tanaman sehingga tanaman lebih kuat ketika nanti sudah ditanam. 

Pemanfaat media besek atau nampan bisa dilakukan. media nampan akan memberi kemudahan bagi persemaian padi terutama dikarenakan : 1) media nampan dapat dilakukan pengontrolan terhadap media tanam. kita dapat melakukan komposisi apapun sebagai media tanam padi. 2) media nampan akan memberi evisiensi tempat. dengan media nampan lokasi dapat dibuat dengan sistim bersap. Sehingga tidak akan memakan banyak tempat. yang paling penting adalah bagaimana membuat media tersebut dapat cukup memperoleh sinar matahari. 3) dengan media nampan kita dapat meletakkan persemaian tidak disawah. harus diketahui perkembangan OPT selalu tidak jauh dari lokasi persawahan. Sehingga bisa dipastikan bahwa OPT padi tidak akan menyebar atau berkembangbiak di media nampan karena lokasi tidak berada disawah. 4) menghindari stres tanaman yanglebih lama. hal ini dikarenakan dengan media nampan, nampan bisa dibawa sekaligus saat dilakukan penanaman.

Ahmad Dzuha (lentera Paddy Club)

Jumat, 29 Agustus 2014

Tanam padi usia muda



TANCEP

Tancep adalah istilah menanam padi dalam terminologi jawa. Tancep yang maju disebut “taju” dan tencep yang mundur disebut “tandur”. Di beberapa tempat “taju” sering dipakai pada istilah penanaman kedelai atau jagung. Hal ini disebabkan karena rata-rata wilayah yang menyebut istilah taju adalah penanaman holtikultura menanam padi dengan cara mundur (tandur).
Bukan istilah maju atau mundurnya, yang menarik disini adalah mengapa masyarakat jawa menyebut istilah untuk menanam adalah tancep. istilah tanam sendiri pada dasarnya adalah “teblok” (memasukkan dalam tanah) dan mungkin merupakan pengembangan dari kata ciblok/tibo (jatuh). Tancep diterjemahkan menjadi “teblok cetek pituture” (ditaruh dangkal kata-katanya) secara jawa kata “cetek” bermakna dangkal  dalam penanaman terutama padi ini meliputi :
1.       Dangkal umurnya atau tidak terlalu tua (usia dibawah 15 hari)
2.       Dangkal tanamnya (kedalaman tidak boleh lebih dari 1,5 cm) 
3.       Dangkal airnya (dalam kondisi macak-macak)
Penanaman dangkal ini akan memberi banyak keuntungan dan kemudahan, keuntungan yang di dapat adalah :
1.       Tanaman lebih aman, pembenihan yang melebihi usia 15 hari akan cenderung rawan sebagai tempat bertelur berbagai macam penyakit. Selain penyakit pada usia diatas 15 hari ini tanaman padi telah berpisah dari gabah sebagai suplai makanan yang dibutuhkan bakal individu.
2.       Peranakan lebih banyak, munculnya anakan bagi tanaman terutama padi sangat dipengaruhi oleh berapa lama pertumbuhan masa vegetatif berjalan. Penanaman muda memberi kesempatan pertumbuhan masa vegetatif lebih lama.
3.       Unsur unsur tanah atau partikel tanah yang kaya akan sumber makanan bagi tanaman berada diatas permukaan tanah. Penanaman yang dangkal akan membantu tanaman baru segera memperoleh makanan dan terpacu menyebarkan perakaran di permukaan tanah. Hal ini akan membuat tanaman lebih kokoh, sebaran akar lebih banyak dan makanan atau pupuk mudah teraplikasi dengan sempurna.
4.       Air akan memberikan kesulitan pada tanaman muda dan dangkal sehingga air harus “macak-macak” hal ini juga akan memberikan kemudahan bagi tanah untuk mengunci “ngancing” tanaman muda. Sehingga tanaman tidak mudah roboh apabila terkena air dalam jumlah besar.

Senin, 21 Juli 2014

Hak masyarakat terhadap informasi



PROGRAM IMPLEMENTASI AKSES INFORMASI
(AKSES UNTUK INFORMASI, AKSES PARTISIPASI, AKSES KEADILAN)
DI KABUPATEN GUNUNG KIDUL
Ahmad Dzuha

Kerusakan lingkungan terbesar dipengaruhi oleh faktor: pertama, ekspansi dan eksploitasi sumberdaya alam tanpa kontrol terhadap keberlanjutan eksistensi ekologis sekitar wilayah tambang. Kedua, tingkat konsumsi sumberdaya alam yang berlebihan. Tingkat konsumsi tidak hanya dilakukan oleh industri-industri besar, namun perilaku konsumtif masyarakat dunia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti pemakaian kendaraan bermotor, pemakaian refrigerator, air conditioner, dan pemakaian listrik yang ternyata sebagian pembangkit listrik menggunakan bahan bakar fosil sebagai basis produksinya. Artinya, kontribusi setiap elemen dunia memberikan kesempatan untuk mempercepat proses kerusakan kondisi lingkungan di bumi ini. Ketiga, kontrol masyarakat kurang diperhatikan pembuat kebijakan sebagai potensi keswadayaan dan kearifan lokal (local wisdom).
Pandangan yang menyeluruh tentang penanganan kerusakan lingkungan tersebut di atas perlu memberikan penekanan pada kekuatan dan kearifan lokal. Bagaimana potensi dan kekuatan masyarakat dapat ditumbuh-kembangkan menjadi kekuatan terarah pada keswadayaan kontrol atas akses terhadap sumber-sumber daya lingkungannya.
Perkembangan potensi lokal harus didorong dengan kebijakan pemerintah yang memberikan peluang terhadap tiga pilar terhadap hak masyarakat lokal dalam kerangka pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Kekuatan pilar tersebut adalah terdiri dari: pertama, akses terhadap informasi (access to information). Masyarakat sebagai warga negara harus mendapatkan hak atas informasi yang utuh, akurat, dan up to date untuk kepentingan pembangunan dan pengelolaan lingkungan berkelanjutan. Akses informasi juga dapat dimaknai lebih dalam pada informasi aktif dan infirmasi pasif. Informasi aktif merupakan kondisi ketika masyarakat pemerintah atau birokrasi penyelenggara pengelolaan lingkungan hidup memberikan berbagai informasi yang jelas dan benar kepada masyarakat karena pertimbangan bahwa informasi yang diberikan kepada masyarakat adalah kewajiban pemerintah dan jajarannya. Selain itu, pada informasi pasif, hak masyarakat untuk mendapatkan informasi tersebut tanpa harus didahului adanya permintaan dari masyarakat.
Kedua, kekuatan pilar terhadap akses partisipasi dalam pengambilan keputusan (public participation in decision makin), yaitu pilar demokrasi yang menekankan pada jaminan hak masyarakat untuk turut serta dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan dan kesejahteraan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Partisipasi masyarakat dapat dilihat melalui hak yang diberikan oleh pemerintah bahwa masyarakat mempunyai hak untuk memberikan usulan atas kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pembangunan dan pengelolana lingkungan, hak memberikan pengaruh untuk melakukan perubahan kebijakan yang tidak berkaitan dengan kebutuhan masyarakat, dan hak untuk memberikan penguatan terhadap kebijakan yang bagi sudah dianggap sesuai dengan penyelenggaraan kepentingan dan hajat hidup masyarakat.
Ketiga, kekuatan pilar terhadap akses terhadap keadilan (access to justice) dalam pemberian kewenangan pemerintahan lokal untuk melakukan pengelolaan dan pembangunan lingkungan yang berbasis pada masyarakatnya. Keadilan yang dimaksud lebih memberikan kewenangan untuk melakukan pengelolaan sumber-sumber daya lingkungan hidup untuk kepentingan masyarakat lokal.
Realisasi atas ketiga kekuatan di atas merupakan hak warga masyarakat untuk turut serta memberikan perhatian terhadap keberlanjutan lingkungan di sekitarnya. Kewajiban pemerintah adalah untuk mengakomodir kepentingan warganya atas pemanfaatan dan keberlanjutan pengelolaan lingkungan.
Untuk menciptakan kekuatan tiga pilar di atas dapat dirubah paradigma pemerintah dalam memandang kekuatan masyarakat. Kekuatan masyarakat lokal dapat dimaknai secara lebih positif sebagai potensi swadaya untuk memberikan perlindungan terhadap kondisi lingkungannya. Pandangan pemerintah atas pengelolaan dan perlindungan yang dilakukannya sendiri merupakan keterjebakan pada sistem single fighter untuk memberikan perhatian terhadap keberlanjutannya. Pada kondisi seperti ini, pemerintah mengalami banyak kendala yang jarang sekali mendapatkan penyelesaian yang komprehensif.
Kekuatan swadaya masyarakat dalam pengelolaan dan pemanfatan sumber-sumber daya lingkungan harus segera dikembangkan. Munculnya kekuatan-kekuatan masyarakat dalam bentuk kelembagaan maupun civil society harus mendapatkan sambutan positif dari pemerintah. Apresiasi dan penghargaan pemerintah dapat digunakan untuk menguatkan kepercayaan diri pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan yang ramah dan berkelanjutan.
Kekuatan politik pemerintah dalam memberikan peluang terbukanya jaminan atas kesempatan akses informasi. Pemerintah memberikan ruang-ruang pada peraturan daerah sebagai payung hukumnya. Pemerintah juga dapat memberikan fasilitas kelembagaan yang difungsikan sebesar-besarnya untuk memberikan pelayanan akses informasi dan mampu menciptakan, serta memperkuat permintaan masyarakat atas informasi.
Tiga akses menjadi penting untuk keberlanjutan interaksi antar pihak menuju sistem pemerintahan yang baik dalam pengelolaan lingkungan. Tiga akses belum menjadi agenda politik pemerintah dan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari hasil studi tentang gambaran akses informasi, partisipasi dan keadilan lingkungan di Gunungkidul menunjukkan bahwa pertama, berbagai produk kebijakan dan implementasi kebijakan belum menjamin tegaknya keterbukaan (akses informasi) bagi masyarakat. Kedua, partisipasi masyarakat yang dari waktu ke waktu semakin meningkat, keterlibatan dalam kepemimpinan tingkat lokal sudah menunjukkan kemajuan yang pesat. Ketiga, masih terbatasnya infrastruktur dan suprastruktur yang mendukung partisipasi dalam masyarakat. Keempat, akses terhadap keadilan belum menjadi substansi pengambilan kebijakan di tingkat lokal. Dorongan untuk mengupayakan terhadap percepatan implementasi tiga akses di Gunungkidul menjadi penting. Oleh karena itu diperlukan kegiatan yang tepat untuk mempercepat proses perubahan sistem tiga akses menjadi sebuah implementasi konkrit yang dilakukan di lapangan.  
Informasi Kegiatan
Keberlanjutan pengelolaan lingkungan di Gunungkidul dilakukan dengan beberapa kegiatan yang perlu mendorong dan mempercepat upaya implementasi tiga akses dari berbagai elemen yang berkepentingan. Hasil studi di atas yang telah banyak mengkaji kemanfaatan isu tiga akses dalam pengelolaan lingkungan di Gunungkidul oleh para pihak yaitu: pemerintahan (eksekutif dan legislatif), lembaga peradilan (yudikatif) untuk memastikan tegaknya keadilan, dan masyarakat sebagai instrumen dasar dalam pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu, kegiatan mendorong dan mempercepat upaya implementasi tersebut difokuskan pada terciptanya kepastian bergeraknya elemen-element tersebut.
Kegiatan dilakukan pada beberapa bentuk yang diharapkan dapat mencapai pada terealisasikannya tujuan penyelenggaraan program implementasi tiga akses di Gunungkidul. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan diantaranya yaitu:
Pertama, melakukan penjajagan dinamika pelaksanaan tiga akses di Kabupaten Gunungkidul. Penjajagan dilakukan pada beberapa faktor yaitu: melihat  kondisi pelaksanaan akses informasi yang dilaksanakan oleh pemerintahan lokal di Kabupaten Gunungkidul; beberapa akses informasi yang belum mengalami keterbukaan di mana masyarakat belum dapat mengakses dengan mudah atau bahkan sama sekali tidak dapat diinformasikan kepada publik; serta menggambarkan – dalam cara pandang dan kebutuhan masyarakat – tentang informasi dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini diharapkan dapat melakukan identifikasi terhadap segala permasalahan dan kendala mendorong implementasi tiga akses di Kabupaten Gunungkidul. Penyelesaian masalah diharapkan dapat terarah dan terencana berdasarkan temuan tentang permasalahan dan kendala yang dihadapi tersebut.
Kedua,  melakukan perumusan terhadap pelaksanaan percepatan implementasi tiga akses di Kabupaten Gunungkidul. Tahapan yang dilakukan adalah memberikan analisa terhadap kajian awal yang telah dilakukan di atas, termasuk memformulasikan draf akademik dan usulan draf peraturan daerah tentang implementasi tiga akses. Percepatan ini dilakukan dengan melakukan fasilitasi terhadap berbagai pihak untuk memberikan masukkan atas kehendak dan kepentingan para pihak terhadap penyelenggaraan implementasi tiga akses. Kegiatan percepatan juga dilakukan dengan melakukan fasilitasi untuk memformulasikan perencanaan implementasi tiga akses dan standard operasional procedure (SOP) bagi setiap instrumen pelaksana tiga akses yang disyahkan oleh pemerintah di Kabupaten Gunungkidul.
Ketiga, membentuk suatu rumusan tentang perencanaan pelaksanaan dan implementasi tiga akses dalam bentuk yang tercatat dan terukur untuk mempermudah proses dan keberlanjutan implementasi tiga akses tersebut. Rumusan tersebut dapat manfaatkan oleh para pihak (terutama masyarakat) untuk menjadi alat ajar dan kontrol terhadap dinamika pelaksanaan tiga akses, yang dapat direalisasikan dalam bentuk buku panduan (manual/hand book).
Keempat, melakukan penguatan kapasitas terhadap instrumen pelaksana tiga akses. Penguatan kapasitas minimal dapat dilakukan dengan melaksanakan training. Pemerintah dan masyarakat sebagai dua kutub yang dialektis diharapkan dapat sama-sama memahami dan mampu memberikan dukungan terhadap implementasi pelaksanaan tiga akses dengan dukungan kebijakan tentang pelaksanaan tiga akses di Kabupaten Gunungkidul.  
 Kelima, melakukan pengujian pelaksanan implementasi tiga akses di Kabupaten Gunungkidul melalui penguatan kelompok kerja dan melakukan publikasi tiga akses di Kabupaten Gunugnkidul. Penguatan kelompok dapat mendukung proses pelaksanaan implementasi tiga akses dengan memberikan sumbangan kreatifitas dan kemampuannya untuk mendorong kehendak informasi masyarakat di Kabupaten Gunungkidul.

(**tulisan ini dibuat sebagai bahan pembahasan program implementasi akses informasi dikabupaten gunungkidul tahun 2006 – 2009** pendampingan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM)Kabupaten Gunungkidul)

Selasa, 15 Juli 2014

Cara pembuatan macam-macam mol




CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) KEONG MAS

1.        Bahan :
a.    KEONG MAS (SEGAR/HIDUP)
b.    Air kelapa
c.    Air cucian beras
d.    Gula merah/ gula jawa

2.        Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Selang plastik (sebesar pensil) sepanjang 0,5 meter
c.    Tali dari karet (bekas ban dalam)
d.    Karet gelang/isolasi/lakban
e.    Botol bekas minuman mineral/Aqua
f.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)

3.        Cara pembuatan:
a.    KEONG MAS ditumbuk sampai halus/hancur (volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik)
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air kelapa sebesar volume pada point 3.c
e.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
f.    Tambahkan gula kelapa yang sudah dihaluskan sebanyak 2%
g.    Aduk sampai rata
h.    Tutup dengan plastik /kresek yang sudah di beri slang plastik
i.    Masukan ujung selang yang keluar kedalam botol bekas aqua sampai kedasar botol
j.    Botol bekas aqua sudah diberi air setengahnya dan terbuka
k.    Umur tujuh hari buka dan di aduk, sebelumnya amati perkembangan miselium
l.    Tutup kembali seperti semula dan biarkan sampai tujuh hari kemudian

4.        Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j





CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) BONGGOL PISANG

1.    Bahan :
a.    BONGGOL PISANG
b.    Air kelapa
c.    Air cucian beras
d.    Gula merah/ gula jawa

2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Selang plastik (sebesar pensil) sepanjang 0,5 meter
c.    Tali dari karet (bekas ban dalam)
d.    Karet gelang/isolasi/lakban
e.    Botol bekas minuman mineral/Aqua
f.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)

3.    Cara pembuatan:
a.    BONGGOL PISANG ditumbuk sampai halus/hancur (volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik)
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air kelapa sebesar volume pada point 3.c
e.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
f.    Tambahkan gula kelapa yang sudah dihaluskan sebanyak 2% dari berat rebung
g.    Aduk sampai rata
h.    Tutup dengan plastik /kresek yang sudah di beri slang plastik
i.    Masukan ujung selang yang keluar kedalam botol bekas aqua sampai kedasar botol
j.    Botol bekas aqua sudah diberi air setengahnya dan terbuka
k.    Umur tujuh hari buka dan di aduk, sebelumnya amati perkembangan miselium
l.    Tutup kembali seperti semula dan biarkan sampai tujuh hari kemudian

4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j
fungsinya : sebagai ZPT (untuk memacu pertumbuhan tanaman)



CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) NASI

1.    Bahan :
a.    NASI, masukan kedalam tumpukan daun bambu yang kering selama satu minggu
b.    Air kelapa
c.    Air cucian beras
d.    Gula merah/ gula jawa

2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Selang plastik (sebesar pensil) sepanjang 0,5 meter
c.    Tali dari karet (bekas ban dalam)
d.    Karet gelang/isolasi/lakban
e.    Botol bekas minuman mineral/Aqua
f.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)

3.    Cara pembuatan:
a.    Nasi yang sudah tumbuh miselium ditumbuk sampai halus/hancur (volume lebih kecil dari sepertiga ember plastik)
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air kelapa sebesar volume pada point 3.c
e.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
f.    Tambahkan gula kelapa yang sudah dihaluskan sebanyak 2% dari berat rebung
g.    Aduk sampai rata
h.    Tutup dengan plastik /kresek yang sudah di beri slang plastik
i.    Masukan ujung selang yang keluar kedalam botol bekas aqua sampai kedasar botol
j.    Botol bekas aqua sudah diberi air setengahnya dan terbuka
k.    Umur tujuh hari buka dan di aduk, sebelumnya amati perkembangan miselium
l.    Tutup kembali seperti semula dan biarkan sampai tujuh hari kemudian

4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring,cairannya sebagai MOL
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j





CARA PEMBUATAN
MIKRO ORGANISME LOKAL (MOL) SAYURAN


1.    Bahan :
a.    Sayuran (Limbah/Baru)
b.    Air cucian beras
c.    Garam Dapur

2.    Alat :
a.    Ember plastik/ kaleng bekas cat (bahan dari plastik)
b.    Plastik /kresek (lebih lebar dari permukaan pada ember plastik)

3.    Cara pembuatan:
a.    Sayuran di cacah atau di tumbuk sampai hancur/ halus Volume lebih kecil dari sepertiga ember plastic
b.    Masukan ke dalam ember plastik
c.    Ukur  ketinggiannya
d.    Masukan air cucian beras sebesar volume pada point 3.c
e.    Tambahkan garam sebanyak 5% dari berat sayuran
f.    Aduk sampai rata
g.    Tutup dengan plastik /kresek
h.    Plastik di tekan merata sampai permukaan bahan
i.    Di beri Air di atasnya, agar semua permukaan tertutup
j.    Biarkan selama 24 Hari

4.    Keterangan;
a.    Tanda/ciri MOL yang terjadi:
a.1. Permukaan dipenuhi miselium
a.2. Bila dibau,seperti spiritus/alkohol
a.3. Warna coklat tua/kehitaman
b.   Bila hendak digunakan perlu disaring,cairannya sebagai MOL
c.   Ampasnya dapat digunakan sebagai pupuk
d.   Dapat disimpan lama,seperti point 3.h sampai dengan poiint 3.j

Fungsinya : untuk merangsang tumbuhnya malai dan di aplikasikan pada umur 45,55, dan 65 HST